Pengaruh RPG Terhadap Keterampilan Sosial Siswa

“Pengaruh Pembelajaran Berbasis Role-Playing Game: terhadap Keterampilan Sosial Siswa” merupakan topik menarik yang mengeksplorasi bagaimana permainan peran dapat meningkatkan kemampuan bersosialisasi anak. Bayangkan siswa bukan hanya belajar dari buku, tetapi juga melalui pengalaman langsung berinteraksi dalam dunia game, menyelesaikan tantangan bersama, dan membangun relasi.

Penelitian ini menyelidiki bagaimana metode pembelajaran yang unik ini dapat membentuk keterampilan sosial siswa secara signifikan.

Pembelajaran berbasis Role-Playing Game (RPG) menawarkan pendekatan inovatif dalam pendidikan. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam skenario simulasi, RPG memberikan kesempatan untuk melatih kemampuan komunikasi, kerja sama, empati, dan pemecahan masalah—keterampilan penting dalam kehidupan sosial. Studi ini akan menganalisis bagaimana mekanisme RPG mempengaruhi perkembangan keterampilan sosial siswa, menguji metode penelitian yang efektif, dan mengeksplorasi studi kasus keberhasilan implementasi RPG di sekolah.

Pembelajaran Berbasis Role-Playing Game (RPG) dalam Konteks Pendidikan

Pembelajaran berbasis Role-Playing Game (RPG) menawarkan pendekatan inovatif dalam pendidikan, mentransformasi ruang kelas menjadi dunia interaktif dan imersif. Metode ini memanfaatkan elemen-elemen kunci dari game RPG, seperti peran, narasi, tantangan, dan kolaborasi, untuk meningkatkan pemahaman siswa dan mengembangkan berbagai keterampilan, termasuk keterampilan sosial.

Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar, RPG mampu merangsang minat belajar, meningkatkan retensi informasi, dan memfasilitasi pembelajaran yang lebih bermakna. Lebih dari sekadar permainan, RPG dalam konteks pendidikan menjadi alat yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang spesifik.

Penerapan RPG dalam Pembelajaran di Sekolah

Penerapan RPG dalam pendidikan sangat beragam dan bergantung pada mata pelajaran dan tingkat kelas. Contohnya, dalam mata pelajaran sejarah, siswa dapat berperan sebagai tokoh-tokoh kunci dalam suatu peristiwa sejarah dan berinteraksi satu sama lain untuk menyelesaikan tantangan dan memahami konteks sejarah tersebut.

Bayangkan siswa berperan sebagai tokoh-tokoh dalam Perang Dunia II, bernegosiasi, membentuk aliansi, dan menghadapi konsekuensi dari keputusan mereka. Dalam pelajaran sains, siswa dapat berperan sebagai ilmuwan yang sedang meneliti suatu fenomena alam, merancang eksperimen, menganalisis data, dan mempresentasikan temuan mereka.

Bahkan dalam pelajaran bahasa Indonesia, RPG dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan bercerita dan berdialog melalui simulasi situasi kehidupan sehari-hari.

Karakteristik Utama Pembelajaran Berbasis RPG yang Efektif

Supaya pembelajaran berbasis RPG efektif, beberapa karakteristik penting perlu diperhatikan. Karakteristik ini akan memastikan bahwa pengalaman belajar yang diberikan benar-benar berdampak positif bagi siswa.

  • Tujuan Pembelajaran yang Jelas:RPG harus dirancang dengan tujuan pembelajaran yang terukur dan spesifik, sehingga aktivitas dalam game selaras dengan kurikulum dan capaian pembelajaran yang diharapkan.
  • Struktur Narasi yang Menarik:Cerita atau narasi dalam RPG harus menarik dan mampu memikat siswa untuk terlibat aktif. Unsur kejutan, misteri, dan tantangan akan meningkatkan daya tarik game.
  • Mekanisme Permainan yang Sederhana:Mekanisme permainan harus mudah dipahami dan dijalankan oleh siswa, agar fokus tetap tertuju pada tujuan pembelajaran, bukan pada kompleksitas aturan permainan.
  • Kolaborasi dan Komunikasi:RPG dirancang untuk mendorong kerja sama dan komunikasi antar siswa. Mereka harus berinteraksi, bernegosiasi, dan saling mendukung untuk mencapai tujuan bersama.
  • Umpan Balik yang Konstruktif:Guru berperan penting dalam memberikan umpan balik yang konstruktif kepada siswa selama dan setelah permainan, sehingga mereka dapat belajar dari kesalahan dan meningkatkan keterampilan mereka.

Perbandingan Pembelajaran Konvensional dan Pembelajaran Berbasis RPG

Berikut perbandingan singkat antara pembelajaran konvensional dan pembelajaran berbasis RPG, dilihat dari beberapa aspek kunci:

Aspek Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Berbasis RPG
Keterlibatan Siswa Relatif pasif, lebih banyak mendengarkan dan mencatat Aktif, terlibat langsung dalam proses pembelajaran
Metode Pembelajaran Ceramah, diskusi, tugas individu Bermain peran, kolaborasi, pemecahan masalah
Motivasi Belajar Tergantung pada minat individu siswa Tinggi, karena elemen permainan yang menarik

Contoh Skenario Role-Playing Game untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa

Misalnya, sebuah RPG dapat dirancang dengan tema “Membangun Komunitas Ideal”. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing mewakili kelompok masyarakat yang berbeda (misalnya, kelompok lingkungan, kelompok ekonomi, kelompok sosial). Setiap kelompok memiliki tujuan dan tantangan yang harus diatasi. Mereka harus bernegosiasi, berkompromi, dan berkolaborasi untuk membangun komunitas yang ideal, sambil menghadapi konflik dan perbedaan pendapat.

Proses ini akan melatih siswa dalam keterampilan komunikasi, negosiasi, pemecahan masalah, dan kerja sama tim, yang semuanya merupakan aspek penting dari keterampilan sosial.

Sebagai contoh skenario, setiap kelompok diberikan tugas untuk membangun sebuah fasilitas publik (misalnya, taman, pusat komunitas, atau perpustakaan) dengan sumber daya yang terbatas. Mereka harus bernegosiasi dengan kelompok lain untuk mendapatkan dukungan dan sumber daya yang dibutuhkan. Konflik dan tantangan akan muncul, misalnya, perbedaan pendapat tentang desain fasilitas, alokasi anggaran, dan prioritas pembangunan.

Siswa harus belajar untuk menyelesaikan konflik tersebut melalui komunikasi yang efektif dan kompromi.

Hubungan antara Role-Playing Game dan Keterampilan Sosial Siswa

Role-Playing Game (RPG) lebih dari sekadar permainan; ia merupakan platform interaktif yang dapat secara efektif meningkatkan keterampilan sosial siswa. Melalui simulasi situasi sosial dan interaksi antar karakter, RPG menawarkan lingkungan yang aman dan terkontrol bagi siswa untuk berlatih dan mengembangkan kemampuan sosial mereka tanpa takut akan konsekuensi nyata.

Proses ini membantu siswa membangun kepercayaan diri dan mengasah kemampuan mereka dalam berbagai situasi sosial yang kompleks.

Mekanisme Peningkatan Keterampilan Sosial melalui RPG

RPG meningkatkan keterampilan sosial melalui mekanisme yang terintegrasi dalam gameplay-nya. Siswa secara aktif terlibat dalam membangun hubungan, menyelesaikan konflik, dan bernegosiasi dengan karakter lain. Proses ini memaksa mereka untuk berkomunikasi secara efektif, berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama, dan memahami perspektif orang lain.

Kesuksesan dalam permainan seringkali bergantung pada kemampuan mereka untuk berinteraksi secara sosial yang efektif.

Keterampilan Sosial Spesifik yang Dikembangkan melalui RPG

Berbagai keterampilan sosial dapat diasah melalui partisipasi aktif dalam RPG. Bukan hanya sekedar bermain, tetapi juga proses belajar dan beradaptasi dengan dinamika sosial di dalam game.

  • Komunikasi:RPG menuntut siswa untuk berkomunikasi secara jelas dan efektif untuk menyampaikan ide, negosiasi, dan menyelesaikan konflik. Mereka belajar bagaimana menyampaikan pesan dengan cara yang dipahami oleh orang lain, mendengarkan secara aktif, dan memberikan umpan balik yang konstruktif.
  • Kerja Sama:Banyak RPG membutuhkan kerja sama tim untuk mencapai tujuan permainan. Siswa belajar bagaimana membagi tugas, berkolaborasi secara efektif, dan menyelesaikan perbedaan pendapat untuk mencapai tujuan bersama. Mereka belajar menghargai kontribusi setiap anggota tim dan membangun rasa saling percaya.
  • Empati:Dengan berperan sebagai karakter yang berbeda, siswa dapat mengembangkan empati dengan memahami perspektif dan motivasi orang lain. Mereka belajar untuk melihat situasi dari sudut pandang yang berbeda dan mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang emosi dan pengalaman orang lain.
  • Pemecahan Masalah:RPG seringkali menghadirkan tantangan dan konflik yang membutuhkan pemecahan masalah kolaboratif. Siswa belajar untuk menganalisis situasi, mengidentifikasi masalah, dan mengembangkan solusi kreatif bersama dengan anggota tim mereka.

Peran dalam RPG sebagai Latihan Interaksi Sosial

Peran yang dimainkan siswa dalam RPG memberikan kesempatan berharga untuk berlatih interaksi sosial dalam lingkungan yang aman. Mereka dapat mencoba berbagai gaya komunikasi, peran kepemimpinan, dan strategi pemecahan masalah tanpa takut akan konsekuensi negatif di dunia nyata. Proses ini membantu siswa mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan berbagai situasi sosial.

Contoh Aktivitas RPG yang Mendorong Pengembangan Keterampilan Sosial

Berikut beberapa contoh aktivitas dalam RPG yang secara khusus dirancang untuk mendorong pengembangan keterampilan sosial siswa:

  1. Negosiasi:Menyelesaikan konflik dengan cara damai melalui negosiasi, kompromi, dan diplomasi.
  2. Kerja Tim:Menyelesaikan misi atau tantangan yang membutuhkan kerja sama dan koordinasi antar pemain.
  3. Bermain Peran:Menyelesaikan peran yang menuntut empati dan pemahaman perspektif orang lain.
  4. Presentasi:Menyampaikan ide dan strategi kepada anggota tim atau kelompok lain.
  5. Resolusi Konflik:Menangani konflik antar pemain dengan cara yang konstruktif dan damai.

Penggunaan RPG dalam pendidikan tidak hanya meningkatkan keterampilan sosial siswa, tetapi juga berkontribusi pada perkembangan kepribadian yang lebih holistik. Melalui pengalaman bermain peran, siswa belajar bagaimana beradaptasi, mengatasi tantangan, dan membangun hubungan yang positif, sekaligus meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan mereka untuk berinteraksi secara efektif dalam berbagai konteks sosial.

Metodologi Penelitian tentang Pengaruh RPG terhadap Keterampilan Sosial

Meneliti pengaruh role-playing game(RPG) terhadap keterampilan sosial siswa membutuhkan pendekatan metodologi yang tepat. Penelitian ini perlu dirancang secara sistematis untuk memastikan hasil yang valid dan reliabel. Penting untuk mengidentifikasi variabel-variabel kunci dan memilih metode pengumpulan data yang sesuai untuk mengukur dampak RPG terhadap perkembangan sosial siswa.

Metode Penelitian yang Tepat

Beberapa metode penelitian dapat digunakan untuk meneliti pengaruh RPG terhadap keterampilan sosial siswa. Penelitian kuantitatif dan kualitatif, atau bahkan pendekatan gabungan (mixed methods), bisa dipertimbangkan. Pilihan metode bergantung pada fokus penelitian dan sumber daya yang tersedia.

  • Eksperimen (Experimental Design): Metode ini cocok untuk menguji secara langsung pengaruh RPG terhadap keterampilan sosial. Sebuah kelompok siswa diberikan intervensi berupa permainan RPG, sementara kelompok kontrol tidak. Perbedaan keterampilan sosial antara kedua kelompok kemudian diukur dan dianalisis.
  • Studi Kuantitatif (Quantitative Study): Metode ini menggunakan data numerik untuk mengukur dan menganalisis hubungan antara variabel. Contohnya, peneliti bisa menggunakan kuesioner untuk mengukur keterampilan sosial siswa sebelum dan sesudah bermain RPG.
  • Studi Kualitatif (Qualitative Study): Metode ini menekankan pemahaman mendalam tentang pengalaman siswa dalam bermain RPG dan dampaknya terhadap keterampilan sosial mereka. Wawancara mendalam atau observasi partisipan dapat digunakan untuk mengumpulkan data kualitatif.

Langkah-Langkah Perancangan Penelitian

Merancang penelitian ini meliputi beberapa tahapan penting, dari perumusan masalah hingga penyusunan laporan. Setiap tahapan perlu direncanakan dengan detail untuk memastikan penelitian berjalan lancar dan menghasilkan data yang berkualitas.

  1. Perumusan Masalah dan Hipotesis:Menentukan masalah penelitian dan merumuskan hipotesis yang akan diuji. Misalnya, “Terdapat peningkatan signifikan pada keterampilan sosial siswa setelah mengikuti program pembelajaran berbasis RPG selama 8 minggu”.
  2. Pengumpulan Data:Mengumpulkan data melalui instrumen yang telah disiapkan, seperti kuesioner, observasi, dan wawancara. Data dikumpulkan sebelum dan sesudah intervensi RPG untuk melihat perubahan yang terjadi.
  3. Analisis Data:Menganalisis data yang telah dikumpulkan menggunakan teknik statistik yang sesuai, seperti uji t atau ANOVA untuk data kuantitatif, dan analisis tematik untuk data kualitatif.
  4. Interpretasi Hasil dan Kesimpulan:Menginterpretasikan hasil analisis data dan menarik kesimpulan berdasarkan temuan penelitian.

Variabel yang Diukur

Beberapa variabel penting perlu diukur dalam penelitian ini untuk memastikan hasil yang komprehensif. Variabel-variabel ini akan membantu peneliti memahami secara mendalam pengaruh RPG terhadap keterampilan sosial siswa.

  • Jenis RPG:Jenis RPG yang digunakan (misalnya, RPG berbasis kolaborasi, kompetitif, atau naratif) dapat mempengaruhi keterampilan sosial yang dikembangkan.
  • Durasi Permainan:Lama waktu siswa bermain RPG akan mempengaruhi tingkat peningkatan keterampilan sosial.
  • Peningkatan Keterampilan Sosial:Keterampilan sosial yang diukur dapat meliputi kemampuan berkomunikasi, berempati, bekerja sama, dan memecahkan masalah secara bersama-sama.
  • Frekuensi Bermain:Seberapa sering siswa bermain RPG dalam satu minggu atau bulan.

Contoh Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang tepat akan memastikan data yang akurat dan reliabel. Berikut beberapa contoh instrumen yang dapat digunakan:

  • Kuesioner:Kuesioner dapat digunakan untuk mengukur persepsi siswa terhadap pengalaman bermain RPG dan tingkat perkembangan keterampilan sosial mereka. Contoh pertanyaan: “Seberapa sering Anda berinteraksi dengan teman satu tim selama bermain RPG?” (dengan skala Likert).
  • Observasi:Observasi terstruktur dapat dilakukan untuk mengamati interaksi siswa selama bermain RPG dan mencatat perilaku yang menunjukkan perkembangan keterampilan sosial. Lembar observasi dapat digunakan untuk mencatat frekuensi perilaku tertentu.
  • Wawancara:Wawancara mendalam dapat digunakan untuk menggali pengalaman dan persepsi siswa tentang dampak RPG terhadap keterampilan sosial mereka. Pertanyaan terbuka dapat diajukan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.

Rencana Penelitian

Berikut contoh rencana penelitian yang meliputi tujuan, metode, dan analisis data:

Tujuan Penelitian Meneliti pengaruh RPG berbasis kolaborasi terhadap peningkatan keterampilan sosial siswa kelas 5 SD.
Metode Penelitian Eksperimen dengan desain pra-uji dan pasca-uji dengan kelompok kontrol. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan observasi.
Analisis Data Uji t-berpasangan untuk membandingkan skor keterampilan sosial sebelum dan sesudah intervensi RPG pada kelompok eksperimen, dan uji t-independen untuk membandingkan skor antara kelompok eksperimen dan kontrol.

Studi Kasus dan Contoh Penerapan RPG yang Sukses

“Pengaruh Pembelajaran Berbasis Role-Playing Game terhadap Keterampilan Sosial Siswa”

Penerapan Role-Playing Game (RPG) dalam pembelajaran bukan sekadar tren, melainkan strategi yang terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa. Untuk lebih memahami potensi RPG, mari kita tinjau sebuah studi kasus yang menggambarkan keberhasilan implementasinya.

Implementasi RPG di Sekolah Menengah Pertama X

Studi kasus ini berfokus pada penerapan RPG dalam mata pelajaran sejarah di sebuah sekolah menengah pertama. Para siswa kelas VIII, yang umumnya cenderung pasif dan kurang berinteraksi dalam pembelajaran konvensional, dilibatkan dalam sebuah RPG yang berlatar belakang periode kerajaan Majapahit.

Desain permainan dirancang sedemikian rupa sehingga siswa berperan sebagai tokoh-tokoh penting dalam sejarah Majapahit, seperti Gajah Mada, Hayam Wuruk, atau bahkan tokoh-tokoh fiktif yang terinspirasi dari peristiwa sejarah tersebut.

Detail Implementasi dan Desain Permainan, “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Role-Playing Game terhadap Keterampilan Sosial Siswa”

Permainan ini dibagi menjadi beberapa sesi, masing-masing dengan tujuan pembelajaran spesifik. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing mewakili faksi-faksi yang berbeda dalam kerajaan Majapahit, dengan tujuan menyelesaikan misi-misi yang berkaitan dengan peristiwa sejarah. Misi-misi tersebut dirancang untuk mendorong siswa berkolaborasi, berkomunikasi, dan memecahkan masalah bersama.

Contohnya, satu misi mengharuskan siswa untuk bernegosiasi dan beraliansi dengan kelompok lain untuk membangun infrastruktur kerajaan, sementara misi lain menuntut mereka untuk menyelesaikan konflik internal melalui diplomasi atau strategi militer.

  • Fase Perencanaan:Siswa diberikan waktu untuk merencanakan strategi mereka, mendelegasikan peran, dan berdiskusi tentang cara terbaik untuk mencapai tujuan misi.
  • Fase Pelaksanaan:Siswa berperan sebagai tokoh yang mereka pilih dan berinteraksi satu sama lain sesuai dengan alur cerita dan misi yang diberikan. Guru berperan sebagai narator dan fasilitator, memberikan arahan dan memastikan permainan berjalan lancar.
  • Fase Refleksi:Setelah setiap sesi, siswa diberikan waktu untuk merefleksikan pengalaman mereka, membahas strategi yang berhasil dan yang gagal, serta bagaimana mereka berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya.

Interaksi dan Belajar dalam Sesi RPG

Suasana kelas berubah drastis. Yang tadinya sunyi dan pasif, kini dipenuhi dengan diskusi, negosiasi, dan bahkan sedikit “perdebatan” yang konstruktif. Siswa tampak antusias dan terlibat aktif dalam permainan. Mereka bersemangat untuk menyelesaikan misi, berkolaborasi dengan anggota kelompok, dan menunjukkan kemampuan mereka dalam peran yang mereka mainkan.

Ekspresi wajah mereka mencerminkan kegembiraan dan kepuasan ketika berhasil menyelesaikan tantangan. Respon siswa terhadap metode pembelajaran ini sangat positif, ditunjukkan dengan peningkatan partisipasi dan antusiasme mereka dalam kelas sejarah.

Faktor Kunci Keberhasilan

Keberhasilan implementasi RPG ini tidak terlepas dari beberapa faktor kunci, antara lain:

  • Desain permainan yang menarik dan relevan:Permainan dirancang dengan mempertimbangkan minat dan pengetahuan siswa, sehingga mereka merasa tertantang dan termotivasi untuk berpartisipasi.
  • Bimbingan guru yang efektif:Guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa, memastikan permainan berjalan lancar, dan memberikan arahan ketika dibutuhkan.
  • Kerja sama antar siswa:RPG mendorong siswa untuk berkolaborasi dan saling membantu dalam menyelesaikan misi, meningkatkan kemampuan kerja sama mereka.
  • Evaluasi yang holistik:Penilaian tidak hanya fokus pada hasil misi, tetapi juga pada proses interaksi dan kolaborasi antar siswa.

Ringkasan Poin Penting

Studi kasus ini menunjukkan bahwa penerapan RPG dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa secara signifikan. Desain permainan yang menarik, bimbingan guru yang efektif, dan kolaborasi antar siswa merupakan faktor kunci keberhasilan. Metode ini mampu mengubah suasana kelas yang tadinya pasif menjadi aktif dan dinamis, serta meningkatkan partisipasi dan antusiasme siswa dalam pembelajaran.

Tantangan dan Pertimbangan dalam Menerapkan Pembelajaran Berbasis RPG

Penerapan pembelajaran berbasis Role-Playing Game (RPG) di sekolah, meskipun menawarkan potensi besar dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa, bukanlah tanpa tantangan. Beberapa kendala harus diantisipasi dan diatasi agar implementasi RPG dapat berjalan efektif dan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Perencanaan yang matang dan strategi yang tepat sangat krusial untuk keberhasilannya.

Tantangan dalam Implementasi Pembelajaran Berbasis RPG

Beberapa tantangan umum yang mungkin dihadapi dalam menerapkan pembelajaran berbasis RPG di sekolah antara lain keterbatasan waktu mengajar, kebutuhan persiapan yang intensif dari guru, dan perbedaan kemampuan siswa dalam beradaptasi dengan metode pembelajaran ini. Selain itu, perlu dipertimbangkan pula ketersediaan sumber daya, termasuk perangkat lunak, perlengkapan, dan ruang kelas yang memadai.

Kurangnya pelatihan bagi guru dalam mendesain dan memfasilitasi pembelajaran berbasis RPG juga menjadi kendala yang signifikan. Terakhir, penilaian keterampilan sosial siswa yang terukur dan objektif juga memerlukan perencanaan khusus.

Simpulan Akhir: “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Role-Playing Game Terhadap Keterampilan Sosial Siswa”

Kesimpulannya, pembelajaran berbasis Role-Playing Game memiliki potensi besar dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa. Dengan pendekatan yang interaktif dan menyenangkan, RPG mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan memotivasi siswa untuk mengembangkan kemampuan komunikasi, kolaborasi, dan empati. Meskipun ada tantangan yang perlu diatasi, implementasi RPG yang terencana dan terstruktur dapat memberikan dampak positif yang signifikan terhadap perkembangan sosial dan pribadi siswa, mempersiapkan mereka untuk sukses di kehidupan nyata.

FAQ Terpadu

Apakah semua jenis Role-Playing Game efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial?

Tidak semua jenis RPG sama efektifnya. RPG yang dirancang khusus untuk tujuan pembelajaran dan pengembangan sosial, dengan mekanisme interaksi yang jelas, akan lebih efektif.

Bagaimana mengatasi siswa yang kurang tertarik dengan RPG?

Pilihlah game yang sesuai dengan minat siswa, modifikasi aturan agar lebih menarik, dan berikan kesempatan bagi siswa untuk berkontribusi dalam desain game.

Apakah RPG dapat diterapkan di semua mata pelajaran?

Ya, RPG dapat diadaptasi untuk berbagai mata pelajaran, membuat pembelajaran lebih menarik dan bermakna.

Bagaimana mengukur keberhasilan implementasi RPG?

Keberhasilan dapat diukur melalui observasi perilaku siswa, kuesioner, dan peningkatan nilai akademik terkait dengan keterampilan sosial.

Tinggalkan komentar